Hilangnya Generasi Bangsa di Era Globalisasi

Hilangnya Generasi Bangsa di Era Globalisasi

oleh: Muhhamad Faizal Ashar

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Keadaan masa depan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh keadaan generasi mudanya pada saat ini. Mereka adalah agen perubah (agen of change) yang akan menjadi salah satu penentu terpenting masa depan bangsa kita. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan mereka pun ikut terpengaruhi.

Salah satu hal yang  menarik adalah adanya perbedaan perkembangan pada anak zaman dulu dengan anak zaman sekarang. Anak generasi terdahulu selalu bermain bersama dengan memainkan permainan-permainan tradisional yang dapat melatih terbentuknya kekompakan, kepedulian, kebersamaan dan juga kekeluargaan. Sementara itu, zaman modern ini anak- anak tidak lagi mengenal permainan-permainan tradisional. Mereka cenderung memilih bermain dengan gadget canggih yang dimilikinya. Kebiasaan seperti ini tentunya sangat mengkhawatirkan karena dapat merusak perkembangan pola pikir dan perilaku.

Salah satu alasan adanya perbedaan antara anak zaman dulu dan sekarang adalah anak pada zaman dulu tidak difasilitasi oleh kecanggihan teknologi seperti sekarang ini dan tidak terekspos oleh media. Media adalah satu dari sekian banyak hal yang berpengaruh pada perubahan perkembangan zaman saat ini.  Media memberikan banyak informasi tentang produk-produk yang mampu menarik perhatian anak. Media juga memberikan gambaran bagaimana anak-anak, terutama remaja berpenampilan secara ideal. Sehingga sudah menjadi hal yang sangat wajar jika anak-anak zaman sekarang ingin berpenampilan sesuai dengan yang media gambarkan. Coba saja perhatikan penampilan anak zaman sekarang yang berpenampilan tidak jauh berbeda, mulai dari model pakaian, sepatu, rambut, bahkan make up.

Fasilitas-fasilitas yang ada di era globalisasi ini sebagian besar merupakan media yang sering disalahgunakan oleh para penggunanya. Contoh, internet sekarang ini sering dijadikan arena untuk mencari situs-situs porno, handphone digunakan untuk menyimpan data-data yang tidak mendidik moral seseorang, dan lain-lain. Hal yang sangat mengkhawatirkan adalah para penikmat ’aksesoris-aksesoris’ era modernisasi ini kebanyakan melakukan hal-hal yang sebagaimana diungkapkan di atas. Yang membuat hati semua masyarakat Indonesia miris lagi, objeknya adalah para remaja, sang penerus bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Para anak-anak, terutama remaja bukannya ’disibukkan’ untuk menuntut ilmu dalam meneruskan pembangunan bangsa ke depan, melainkan disibukkan dengan menikmati ’hiburan-hiburan’ yang tersaji pada era globalisasi sekarang ini, seperti handphone, televisi, dan lain-lain. Bahkan, ’hiburan-hiburan’ yang bersifat negatif pun mereka terima dan nikmati. Mereka tidak sadar bahwa hal itu akan memorak-porandakan negara ini. Bagi para produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar bisnis yang sangat potensial karena pola konsumsi seseorang itu terbentuk pada saat usia remaja. Di samping itu, remaja juga sangat mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan sesuatu yang dimilikinya, misalnya uang atau harta benda. Selain itu, kuatnya pengaruh tontonan televisi terhadap perilaku seseorang telah dibuktikan lewat penelitian ilmiah. Seperti diungkapkan oleh American Psychological Association (APA) pada tahun 1995 bahwa tayangan yang bermutu akan memengaruhi seseorang untuk berperilaku baik. Sedangkan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk. Bahkan, penelitian itu menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka terima dari media semenjak usia anak-anak.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi membawa banyak kemudahan, maka generasi mendatang berpotensi untuk menjadi generasi yang tidak tahan dengan kesulitan Kemajuan teknologi mempercepat segalanya dan tanpa disadari anak pun dikondisikan untuk tidak tahan dengan kelambanan dan keajegan. Alhasil anak makin hari makin lemah dalam hal kesabaran serta konsentrasi dan cepat menuntut orang untuk memberi yang diinginkannya dengan segera. Hal ini perlu mendapat perhatian orangtua. Sekali lagi, respons yang tepat bukanlah melarang anak untuk memanfaatkan teknologi melainkan mendorongnya untuk berkonsentrasi mendengarkan sesuatu yang bersifat monologis. Juga, ajaklah anak untuk mengembangkan toleransi yang besar terhadap perbedaan-bahwa tidak semua orang dan hal harus berjalan secepat yang diinginkannya.

Selain media yang ada pada zaman sekarang ini, kecenderungan masalah pada generasi muda pada masa sekaran ini adalah mereka tidak mengerti norma moral dan etika yang harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari.  Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika generasi muda Dalam hal ini ada beberapa hal yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika pada generasi muda (penerus), antara lain adalah:

1. Longgarnya pegangan terhadap agama
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya..

2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semestinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu.

3. Derasnya arus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
 Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun, gejala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-prtunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.

4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.

Jika terus dibiarkan, maka generasi muda akan menghadapi berbagai masalah perkembangan anak yang nantinya akan mempengaruhi kualitas dari generasi penerus bangsa. Dengan ada berbagai masalah-masalah yang dihadapi anak muda zaman sekarang. Masalah-masalah perkembangan anak yang sering timbul yaitu :
a. Gangguan perkembangan fisik
b. Gangguan perkembangan motoric
c. Gangguan perkembangan bahasa
d. Gangguan fungsi vegetative
e. Kecemasan
f. Gangguan suasana hati (mood disorders)
g. Bunuh diri dan percobaan bunuh diri
h. Gangguan kepribadian yang terpecah
i. Gangguan perilaku seksual
j. Gangguan perkembangan pervasif dan psikosis pada anak
k. Disfungsi neurodevelopmental pada usia sekolah
l. Kelainan saraf dan psikiatri akibat trauma otak
m. Penyakit psikosomatik

Oleh karena ini, harus ada upaya peningkatan kualitas bagi anak-anak generasi muda adalah hal penting untuk mencegah hilangnya generasi penerus bangsa yang  bermoral, etika, bertanggung jawab, dan mampu mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan bermartabat. Ada beberapa  pendekatan yang bias ditempuh misalnya saja, memperkuat akses pendidikan dengan program pendidikan gratis, pelayanan kesehatan gratis, memberikan kesempatan kepada anak usia dini untuk mengembangkan diri sesuai bakat dan kemampuannya, baik di bidang pendidikan seni maupun dibidang olahraga, menyiapkan dukungan sarana dan fasilitas pada berbagai program inovatif yang dapat meningkatkan kecerdasan, kebugaran, keamanan dan kesejahteraan anak-anak kita
Untuk mendidik anak jaman sekarang memang membutuhkan trik tersendiri, sehingga tentunya anak dapat berkembang dengan mengantongi banyak prinsip prinsip yang tentunya positif dan merekapun dapat lebih mengerti arti dari perkembangan jaman itu sendiri agar dapat berkembang dengan tetap ada dijalan yang positif, antara lain:

1. Jadikan mereka sebagai teman.
Untuk dapat mendekati dan lebih mengenal lagi seperti apa karakter anak anak, maka jadikanlah diri anda sebagai teman untuk mereka, sehingga mereka dapat selalu berbagi dalam masalah apapun dan pastinya membuat mereka merasa lebih nyaman.

2. Jangan terlalu dimanjakan.
Untuk mendidik anak jaman sekarang, tentunya anda tak perlu berperan sebagai orang tua yang selalu memberikan apa yang anak anda inginkan. Ketika apa yang tidak bisa anda berikan, cobalah selalu memberikan pengertian dengan menasehatinya agar mereka tidak terbiasa selalu manja dan selalu dituruti keinginannya.

3. Ajarkan banyak hal kebaikan melalui praktek.
Terkadang anak anak tidak begitu perduli dengan teori yang diberikan oleh orang tua, oleh sebab itu anda sebagai orang tua harus mengajarkan anak anak anda dengan cara memberikan contohnya dengan praktek langsung sehingga mereka dapat lebih mengerti dan faham apa yang di lakukan oleh orang tuanya.

Di samping itu, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada generasi penerus pada saat ini, diantaranya adalah:

1.  Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang.

2.   Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. Cara orang tua kita mendidik kita dulu mungkin dapat menjadi pembelajaran yang sangat berharga dalam hal mendidik anak, bukan untuk mengikuti seratus persen tetapi kita dapat mengambil hal-hal positif yang pernah mereka berikan. Tambahannya mungkin diperlukan pengawasan yang harus lebih ketat dan mengikuti perkembangan sesuai jamannya, termasuk pengawasan bagaimana mereka memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi dengan baik. Jika orang tua dapat menjalankan perannya dengan baik, tentu hal-hal yang tidak diinginkan dapat terhindari.

3.  Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Dewasa ini, orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.

4.  Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.

5.   Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.

6.  Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni, serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan untuk seorang anak terjun kedalam kegiatan0kegiatan yang sifatnya mubadir (sia-sia), semua jenis kegiatan rutin,selama kegiatan tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk mengukir prestasI.

Referensi :

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »